Jumat, 08 April 2011

Simphony #11 [Bapak]


F : Fabulous (Hebat)
A : Accompanying (yang menemani)
T : Tactful (bijaksana)
H : Hevan (tempat berlindung)
E : Emphatic (tegas)
R : Rakish (gagah)

Seperti layangan yang kuat melawan hembusan angin, layaknya karang yang tegar menghadang karang. Itulah Bapak (panggilang akrabku padanya), selama ini dalam pandangku. Tak sekedar ia yang bekerja keras, berbasuh keringat dan banting tulang. Lebih dari itu, ia jauh lebih kuat dari Hercules, lebih cerdik dari Einstein (walau gak seilmuwan enstein), pokonya semua OK ditangan dia. Aku kagum padanya...Yang berangkat dari NOL hingga kini berbuah madu. Pekerja keras, pantang menyerah, pintar melihat peluang, itulah dia, Bapakku tercinta. Aku tulis di phonebook ku, Bapakku Hebat. karena di pandanganku, begitulah ia... Kalau ditanya, siapa idolamu, Bapak dan Ibuku (tentunya setelah Rasul kita).

Dari SD mpe SMA, bapak yang selalu menemaniku ambil formulir sekolah, ambil rapot, ijazah, dll... ke institutku yang skarang pun dengannya... Ibuku, bawa 2 adekku... ahhaaaa... pembagian job ceritanya... yang selalu menemanikku (di malam hari saat aku begadang buat belajar saat ujian), tu cuma salah satunya... aku minta kesini, ia temani... kesana, ia antar...nonton tv sendirian malem2, ikutan pula...
Mendengar ceritanya, berdecak kagum aku padanya.

Bijak dalam segala urusan, insya Allah jadi sifatnya... kehadirannya (di pandangankku) memberi jalan keluar untuk sekitarnya (q pengen bisa kaya gitu juga)... Walau kadang sedikit emosi, tapi itu sesaat aja. wajar. Aku jadi teringat. Setelah kejadian itu, Akhir tahun 2009, semua berubah, tempramentalnya hilang, menjadi orang yang lebih kalem dan bijak dalam melihat permasalahan... Sesaat setelah kejadian itu, aku melihat ia menangis... (aku jadi pengen nanngis)...yang ada difikiranku, takut kalau bapak marah-marah. tapi tidak, ketegarannya luluh lantah saat itu juga. Melihat semua hancur dan pasrah... Mungkin ada takut dalam dirinya, dan perasaan menyesal... tapi aku tak mau membahas itu, aku hanya mau melihat hikmah dibalik kejadian itu. Semua makin harmonis... tak tempramen lagi, justru menjadi lebih dekat padaNya. Sesampainya di rumah, kami malah tertawa-tertawa dan bercerita tentang kejadian itu... aku senang melihat itu...tapi aku tak mau mengalaminya lagi. cukup sekali saja untuk trauma.

yang menjadi tempat berlindung, itulah ia... tubuhnya tak seperti samsom atau tarzan yang kuat, kekar, dan berotot... tapi dengan perlindungannya kepada Allah, dia bisa jadi tempat berlindung untuk keluarga dan orang sekitarnya. Setiap pulang ke rumah, aku selalu dapat cerita baru tentang pengalaman bapakku yang pernah dipanggil sana sini gara-gara kengeyelannya atas jalan selebar 1 meter. Tak ada urusan dengannnya tai urusan orang banyak dan tanah kelahirannya. Aku hanya bisa berdoa, Lindungi ia selalu ya Allah

(wah ini belum selesai.... tapi harus berhenti dulu, ntar lanjut lagi)

0 komentar:

Posting Komentar